Feb 24, 2010

Greenpeace Persembahkan ‘Piala Dunia Penghancuran Hutan’ pada SBY

Salam Bumi Hijau,

Jakarta, Indonesia — Aktivis Greenpeace hari ini mempersembahkan “Piala Dunia Penghancuran Hutan” kepada Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, di luar gedung Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, dimana Piala Dunia sepak bola ‘Jules Rimet’ asli sedang dipamerkan kepada publik.
Disaksikan oleh beberapa ‘bintang sepak bola internasional’, penyerahan piala ini sebagai simbol dari dampak buruk penghancuran hutan di Indonesia. Piala diserahkan kepada aktivis yang mengenakan topeng SBY oleh Orangutan yang hidupnya makin terancam akibat pembabatan hutan.

Greenpeace menyerahkan piala ini juga sebagai pengingat bahwa Indonesia adalah Negara dengan laju deforestasi tercepat di seluruh dunia. Setiap menit area hutan setara dengan luas lima lapangan sepak bola dihancurkan sebagian besar untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dan pulp and paper, atau rata-rata 1,8 juta hektar hutan per tahun. Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai Negara penghasil emisi gas rumah kaca ketiga terbesar di dunia setelah China dan Amerika Serikat.

“Moratorium (penghentian sementara) perusakan hutan dan lahan gambut adalah cara paling efektif untuk mencapai target pengurangan emisi Indonesia,”ujar Joko Arif, Jurukampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara. “Melindungi lahan gambut juga bisa membawa keuntungan ekonomis bagi Indonesia. Presiden Yudhoyono harus memberikan ‘kartu merah’kepada penjahat hutan seperti Sinar Mas dan APRIL yang masih terus menghancurkan hutan dan masa depan Indonesia.”

Feb 23, 2010

Perjuangan Maladewa Melawan Perubahan Iklim

Salam Bumi Hijau,

Maladewa, negara yang sedang ketakutan ditenggelamkan laut jika suhu bumi semakin memanas, menghimbau negara-negara besar untuk mengurangi emisi gas buang mereka yang memang menjadi penyulut pemanasan global.

Negara dengan rangkaian pantai berpasir di Samudera India yang terkenal dengan alam bawah laut dan resort-resort mewahnya itu, berencana menjadi negara netral karbon pada 2020 dengan beralih menggunakan energi terbarukan seperti angin dan matahari serta berharap bisa menarik investasi asing.

Berikut adalah hasil korespondensi elektronik dengan Presiden Maladewa Mohamed Nasheed, salah seorang pembicara terdepan dalam Konfrensi Internasional Perubahan Iklim di Kopenhagen, Desember 2009.
Tanya : Bisakah Maladewa diselamatkan?
Jawab : Negara saya memang berada dalam bahaya tetapi saya tidak percaya kalau kami telah dikutuk.

Jika seluruh dunia bersatu melawan polusi karbon dan bersama-sama mendukung pembangunan hijau, maka kita bisa mengontrol krisis iklim itu.

Perburuan Penyu Hijau di Pulau Enu

Salam Bumi Hijau,

Perburuan Penyu Hijau (Chelonia Mydas) di Pulau Enu, Kepulauan Aru, Maluku marak terjadi, meski termasuk hewan dilindungi UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Hayati dan PP No.7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Perburuan tersebut disaksikan sendiri oleh Tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara ketika melakukan pendataan di pulau terdepan tersebut .

Anggota Tim Ekspedisi Didi Sugandi melalui siaran pers di Jakarta, Kamis mengatakan, pihaknya bersama anggota tim ekspedisi lainnya menyaksikan sendiri cara perburuan penyu hijau di Pulau Enu yang termasuk sadis.

Penyu-penyu hijau tersebut dijemur dalam posisi terlentang dan diikat, serta dibiarkan mati kepanasan. Setelah mati, kulit dan dagingnya diambil," katanya.

Hutan Desa Pertama di Sumatera Selatan

Salam Bumi Hijau,

Gubernur Sumatera Selatan, Alex Nordin, hari ini tanggal 22 Januari 2010 menerima Surat Keputusan Menteri Kehutanan Tentang Hutan Desa No. 54/Menhut-II/2010 . SK ini diserahkan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Boediono, di Istana Wakil Presiden.Lokasi yang ditetapkan menjadi Hutan Desa tersebut terletak di Dusun Pancuran, Desa Muara Merang Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Lokasi yang ditetapkan menjadi Hutan Desa tersebut terletak di Dusun Pancuran, Desa Muara Merang Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Kawasan hutan yang dialokasikan menjadi Hutan Desa ini, sebagian besar adalah kawasan hutan gambut yang mempunyai kanekaragaman hayati tinggi dan mengandung jutaan ton karbon. Kawasan ini juga merupakan satu-satunya kawasan Hutan Rawa Gambut tersisa di Sumatera Selatan.

Hutan desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani izin/hak. Izin kelola kepada masyarakat merupakan amanat dari ketentuan UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutan dan Permenhut P.49/2008 Tentang Hutan Desa.

Tahapan yang dilakukan sampai dengan terbitnya SK Penetapan Areal Hutan Desa, dimulai dari permohonan usulan dari masyarakat kepada Menteri Kehutanan melalui Bupati MUBA. Kemudian Bupati MUBA mengeluarkan surat rekomendasi No. 522.12/1452/Dishut/2009 tertanggal 18 Mei 2009, dan melanjutkan usulan penetapan areal kerja hutan desa ke Menteri Kehutanan. Menteri Kehutanan atas dasar surat Bupati tersebut menurunkan tim verifikasi dan berdasarkan berita acara hasil verifikasi penyenggaraan Hutan Desa Nomor : BA.294 / BPS-3/2009 pada tanggal 21 November 2009.

Setelah dilakukan verifikasi, maka pada tanggal 21 Januari 2010 Menhut menerbitkan SK Penetapan kawasan hutan sebagai Areal Kerja Hutan Desa Muara Merang dengan SK No. 54/Menhut-II/2010 dengan luas areal 7.250 hektar untuk jangka waktu 35 tahun dan dapat di perpanjang. Pada tanggal 22 Januari 2010 SK tersebut diserahkan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono kepada Gubernur Sumatera Selatan Alex Nordin di Istana Wakil Presiden. Turut hadir dalam penyerahan SK ini adalah Bupati Musi Banyuasin, Kepala Dinas Kehutanan Musi Banyuasin, Camat Banyung Lencir, Kepala Desa Muara Merang dan Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumsel sebagai organisasi pendamping masyarakat.

Kedepanya, kawasan ini akan dikelola menjadi 2 zona peruntukkan, yaitu zona lindung (kurang lebih 3.860 ha Hutan Rawa Gambut ) , zona produksi (budidaya ). Izin pengelolan HD dikeluarkan oleh Gubernur yang diawali Perencanaan Hutan Desa.

Perencanaan Hutan Desa terdiri dari Penataan Batas areal kerja Hutan Desa dan penyusunan rencana kerja. Rencana kerja terdiri dari Rencana Kerja Hutan Desa (RKHD) 35 tahun akan di ajukan ke Gubernur untuk disahkan dan Rencana Tahunan Hutan Desa (RTHD) yang disahkan oleh Bupati.

Sumber: Wahana Bumi Hijau

Berhemat Untuk Bumi

Sahabat Bumi Hijau,

Degradasi lingkungan hidup semakin meningkat tahun demi tahun, khususnya permasalahan sampah yang semakin butuh untuk segera ditingkatkan penanganannya. Dengan volume sampah yang terus bertambah dalam deret ukur, sementara masih terbentur dengan penanganannya yang masih belum memadai untuk dapat menjangkau semuanya. Partisipasi dari pihak masyarakat juga dituntut untuk lebih terlibat dalam prakteknya maupun inovasinya, salah satunya dengan mempopulerkan kegiatan recycle atau daur ulang dalam rangka pendidikan lingkungan.

Program pendidikan lingkungan hidup berupaya memberikan kepada sumber daya manusia dengan kemampuan (skills) untuk inovatif dan keberlanjutan dalam hal penggunaan sumber daya alamnya. Pengembangan dan peningkatan “leader-leader baru” sebagai kunci dari unsur kesuksesan dan keberlanjutan program. Metode kualitatif untuk mengetahui tingkat kebutuhan melalui pembicaraan informal dan grup diskusi memberikan informasi yang berharga untuk perbaikan dan perencanaan kegiatan kedepan. Melalui kegiatan ini merupakan sebagai pintu masuk dari program panjang tersebut.

Dengan mendaur ulang kertas sebanyak satu ton saja, kita dapat mengemat 17 batang pohon, 14.000 liter minyak bumi, 3 meter kubik lahan pembuangan, dan 26.000 liter air.

Dan kita memang harus:

Menghemat pohon, karena dengan bantuan 1 batang pohon saja, kita sudah terlindung dari 27 kilogram polutan yang mencemari udara setiap tahunnya

Menghemat bahan bakar, karena itu sama artinya dengan mengurangi pelepasan karbondioksida ke udara yang dapat menyebabkan efek rumah kaca.

Menghemat air, karena hanya tersedia sekitar 1-3% saja dari seluruh persediaan air di bumi ini, yang siap digunakan (sementara yang lainnya masih berupa air laut dan bongkahan es).

Vote For The Earth

Salam lestari untuk sahabat Bumi Hijau

Global warming atau pemanasan global kini mulai terasa dampaknya bagi masyarakat seluruh dunia. Perubahan iklim bumi yang semakin mengkhawatirkan akhir-akhir ini sudah sepatutnya menjadi keprihatinan kita bersama. Memanasnya suhu bumi yang menjadi tempat tinggal kita telah membawa banyak kerusakan alam yang kita huni, mulai dari melelehnya gunung-gunung es (gletser) di kutub, hingga lubang pada lapizan ozon ataupun kebakaran hutan yang berdampak pada kerusakan ekosistem dunia.

Menanggapi hal ini, WWF melalui Direktur Jenderalnya, Archbishop Desmond Tutu dan James Leape, mengajak masyarakat di seluruh dunia untuk menyerukan kepedulian mereka atas penyelamatan bumi. Tidak hanya untuk generasi yang saat ini ada, namun juga untuk kelangsungan bumi bagi generasi mendatang.

Adapun bentuk seruan yang akan dilakukan secara bersamaan oleh seluruh masyarakat di dunia ini adalah dengan mematikan listrik selama 60 menit atau 1 jam. Untuk Indonesia sendiri, masyarakat yang peduli akan penyelamatan bumi ini diminta kesediaannya untuk mematikan listrik 60 menit. Diharapkan dengan aksi massal kepedulian lingkungan ini akan mengetuk hati seluruh pemimpin dunia maupun para pemilik usaha untuk lebih memperhatikan dan mengedepankan penyelamatan bumi sebagai lingkungan tempat kita hidup saat ini maupun bagi generasi yang akan datang.

Perubahan iklim dunia sebenarnya merupakan alarm keras bagi seluruh masyarakat dunia mengenai bertambah parahnya kondisi bumi yang kita diami, sekaligus merupakan peringatan bagi kita untuk bersegera mengambil inisiatif untuk menyelamatkan bumi sebelum lebih terlambat.

Sumber : beritaNet.com

Feb 20, 2010

Tentang Bumi Hijau

Bumi-hijau pada awalnya hanya merupakan suatu impian dan ide pribadi yang kemudian berubah menjadi aksi sosial independen yang meliputi kampanye, wadah opini, dan pengumpulan data riset maupun dokumentasi sederhana tentang lingkungan hidup yang menghendaki kelestarian alam secara universal untuk generasi kita di masa yang akan datang yang kemudian dikemas menjadi sebuah blog bernama Bumi Hijau. Melalui group ini kami berupaya mengajak dan memperkenalkan kepada masyarakat indonesia pada khususnya untuk tetap menjaga dan melestarikan lingkungan baik hayati maupun non-hayati, baik di bumi nusantara maupun di seluruh belahan dunia. Selain berkomitmen menyerukan kampanye lingkungan hidup, kami juga menyediakan wadah informasi yang akan menambah pengetahuan anda. Kami terus berupaya mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan visi dan misi kami, oleh karena itu kami mengharap peran serta aktif anda dalam upaya pengembangan blog ini dengan memberikan opini ataupun data-data yang kami perlukan.

Global warming adalah masalah bersama dengan penyebab yang paralel-kompleks sebagai salah satu pemicu munculnya ide tentang bumi-hijau ini. Masalah yang sedang hangat dibicarakan di seluruh dunia inilah yang memberi inspirasi kepada kami untuk ikut berperan aktif mengkampanyekan kelestarian lingkungan hidup yang konservatif untuk generasi kita di masa yang akan datang.

Banyak hal yang harus dilakukan untuk setidaknya mengurangi pemanasan suhu bumi secara global ini yang akan berakibat sangat buruk bagi kelangsungan kehidupan manusia dan juga habitat lainnya. Maka dari itu kami mengajak semua individu atau kelompok untuk lebih mengenal keadaan alam pada saat ini dan berjuang bersama untuk melakukan aksi penyelamatan itu.

Lakukanlah beberapa hal kecil yang anda yakini sudah baik untuk menyelamatkan bumi hijau kita, misalnya menanam pohon dan merawatnya atau dengan melakukan hal yang lebih besar seperti aktif menentang aksi ekploitasi sumber daya alam hayati (hutan).
Budaya tanam pohon masuk kedalam salah satu agenda program kami pada jangka waktu ke depan, maka dari itu kami mengajak dan meminta opini atau apapun yang bisa membantu kami menjalankan program tersebut.